Menghadiri Wisuda Teman

Muhammad Rayhan
3 min read2 days ago

--

|#28|: Pengalaman baru terbuka satu.

Photo by K Munggaran on Unsplash

Melanjutkan kisah pertemuan kami (saya dan Rama) kemarin, hari ini, Sabtu, 29 Juni 2024, acara wisuda Rama dilaksanakan. Sebagai kawan dekat, tentu saya termasuk orang yang diundang secara personal olehnya untuk datang. Saya pun menerima undangannya secara bulat. Kebetulan, hari Sabtu ini sedang kosong. Saya tak ada agenda penting pada hari ini.

Saat hari wisuda, saya datang pukul sebelas, setelah dia selesai mengikuti seluruh rangkaian wisudanya. Setibanya di kampus, saya langsung menuju lokasi tempat perjanjian kami, belakang Gedung Samantha Krida, Universitas Brawijaya. Di sana, saya pun menyambut Rama dengan senyuman semringah dan tos serta pelukan akrab.

Suasana kampus ramai sekali. Hiruk pikuk keluarga atau kerabat peserta wisuda memenuhi seluruh isian dalam kampus. Para peserta pun sibuk dengan aktivitas pengabadian momennya. Ada yang berfoto bersama keluarga, ada pula yang berfoto bersama kerabat, dan ada pula yang bersama kekasih.

Di sisi lain, berbagai kumpulan orang berseragam berbondong-bondong merayakan kelulusannya dengan arak-arakan. Mereka berbaris lalu berjalan beriringan sembari menggaungkan jargon khasnya masing-masing.

Perayaan pascaprosesi wisuda Rama tidak dilakukan dengan arak-arakan. Alasannya karena selain dirinya tak suka dan enggan diperayakan seperti itu, prodi tempat dia berkuliah juga memang tidak membawa budaya itu. Setahu saya, budaya arak-arakan memang tidak diterapkan di semua jurusan/prodi. Umumnya, prodi yang menghidupkan budaya itu adalah prodi yang solid dan erat internal antarsesama anggotanya, seperti prodi Teknik Mesin.

Dengan begitu, bentuk perayaan saya dan teman-teman terhadap Rama cukup dengan memberinya sesuatu, mengucapkan selamat, dan berfoto bersama. Sesi berfoto bersama tidak hanya diisi oleh kita berdua, tetapi oleh teman-teman asrama saya lainnya. Total kami di sesi foto ini ada lima. Sayangnya, fail foto belum dikirim ke saya. Jadi, saya bisa belum bisa melampirkannya di sini.

Seusai berfoto, satu per satu dari kami pamit, kecuali saya dan satu teman saya. Saya dan teman saya — sebut saja namanya Taqi — tidak pulang langsung karena kami berencana bertemu dengan satu teman kami yang lain yang juga wisuda hari ini.

Sedikit berbeda dengan perayaan wisuda Rama, teman kedua yang saya datangi ini merayakannya dengan mentraktir kami makan siang. Lumayan, bisa menghemat 10–20 ribu dalam sehari.

Setelah teman kedua juga selesai saya hampiri, kini saatnya bagi saya untuk merenung.

Sebagai seorang mahasiswa yang seharusnya sedang menjalani masa-masa skripsi jika tidak pindah kuliah, saya merasakan sedikit gundah. Rasa-rasanya, di usia yang menginjak 22 ini, ingin sekali rasanya segera lulus kuliah dan berfokus perbanyak pengalaman di dunia profesional. Ah, tetapi mau bagaimanapun juga, pikiran dan perasaan itu tak akan bisa saya gapai. Toh, saya juga tidak bisa kembali ke kuliah pertama saya. Di sisi lain, saya pun sedikit kehilangan kehadiran fisik teman sebaya.

Ah, sudahlah. Cukup.

Terlepas dari itu, saya sebisa mungkin berpikir positif dan mengendalikan perasaan tak nyaman itu. Saya juga bersikeras mengambil pelajaran atas apa yang telah terjadi. Yang penting, di waktu kemudian saya harus terus bergerak dan bergerak.

Berikan tepukan/clappers (👏🏻) jika kalian suka dengan tulisan saya ini. Jangan lupa pula untuk menanggapi dengan berkomentar (💬) ketika ingin bertanya, merespons atau mengulas sesuatu, atau bahkan sebatas bertegur sapa. Kedua hal itu sangat berpengaruh bagi saya untuk terus semangat menulis setiap hari.

Jika kalian ingin terhubung dan lebih dekat dengan saya, kalian bisa menghubungi saya melalui DM Instagram atau mengirim surat elektronik melalui G-Mail pribadi. Oiya, boleh sekali jika kalian ingin mengapresiasi saya dengan memberikan tip melalui laman Saweria saya ini. Terima kasih!

--

--

Muhammad Rayhan

Seorang mahasiswa yang tengah membangun kebiasaan menuangkan ide dalam bentuk tulisan atau lisan.