Lingkungan dan Sistem Diri

|#40|: Sistem dan lingkungan sangat berpengaruh terhadap diri kita sekecil apa pun itu

Muhammad Rayhan
4 min readJul 25, 2024
Photo by Nubelson Fernandes on Unsplash

Sudah lama sekali saya tidak menulis. Selama sepekan lebih, saya absen dari kebiasaan menulis setiap hari. Ah, saya pun begitu kesal dengan diri atas putusnya kebiasaan nan baik dan produktif ini. Rasa-rasanya, diri ini ingin sekali menegur keras diri sendiri setiap harinya agar mampu kembali memaksakan diri melakukan kebiasaan baik.

Huft, tapi saya tak boleh terlalu keras terhadap diri sendiri. Saya pun pernah menasihati diri untuk tidak begitu mengecam dan mencecar diri atas suatu hal buruk yang terjadi melalui sebuah tulisan.

Terlepas dari itu, daripada saya mengeraskan dan mengecam diri, alangkah lebih baiknya jika saya mengevaluasi akan hal buruk yang baru terjadi ini.

Sebenarnya dan sejujurnya, saya paham betul faktor mendasar mengapa kebiasaan menulis ini terputus begitu saja. Saya menyadari perbedaan pola hidup yang dijalani di satu tempat/lingkungan dengan lingkungan lainnya. Banyak hal produktif dan positif yang berhasil saya bangun ketika saya berada di Malang, kota saya berkuliah. Namun, berbanding terbalik ketika saya sedang berada di rumah, umumnya saat liburan kuliah. Ketika berada di sini, justru rasanya sulit sekali melakukan kebiasan baik yang telah saya bangun sebelumnya. Parahnya lagi, kebiasaan buruk nan suram rasa-rasanya justru tak ada halangan untuk dilakukan. Kegiatan buruk seperti tidur kembali sehabis salat subuh, terlarut bermain ponsel sampai tengah malam, waktu makan tidak teratur, dan beragam hal buruk lainnya rasanya sudah terbentuk otomatis begitu saja ketika berada di rumah.

Entah faktor utamanya adalah lingkungan (dalam hal ini rumah) atau mungkin waktu (momen liburan kuliah), intuisi saya berkata sepertinya faktor utama dalam konteks ini ialah lingkungan. Atau mungkin lebih tepatnya adalah sistem dan kebiasaan diri selama saya berada di rumah.

Saat saya coba menilik kembali kehidupan saya selama berada di rumah, terutama ketika momen liburan, saya menyadari satu hal mendasar yang sekaligus menjadi benang merah: rumah selalu menjadi tempat bagi saya untuk tidak bisa menemukan kenyamanan hakiki dan kelegaan/keleluasaan diri dalam beraktivitas.

Maksudnya, bukan saya dikekang banyak hal oleh orang tua seolah dipenjara selama di rumah, melainkan justru sikap dan perilaku orang tua yang selalu membiarkan dan tidak memedulikan serta mengenali anaknya lah yang menurut saya menjadi akar penyebab mengapa kebiasaan seperti ini terbentuk begitu saja ketika saya di rumah. Ya walaupun menurut saya pribadi hal itu tak boleh menjadi alasan ketika saya sudah menjadi dewasa, tetap saja menurut saya hal itu menjawab mengapa kebiasaan buruk bisa terjadi.

Di satu sisi, menurut saya ada satu hal krusial yang membuat saya sulit produktif, yakni cara mereka bersikap akan suatu hal yang berhubungan/melibatkan saya. Hal paling mendasar seperti menanggapi atau memerintah saya suatu pekerjaan rumah, seringnya yang saya alami adalah mereka melontarkan kalimat yang mengandung bumbu perasaan negatif dengan cara yang kurang tepat. Alih-alih perkataan tersebut ingin saya patuhi, justru membuat saya jengkel sehingga menimbulkan perasaan untuk tidak melakukan apa yang diperintah. Hal ini jugalah yang membuat saya sulit dipercaya oleh orang tua, ya, walaupun pada akhirnya tetap saja perintah tersebut saya laksanakan.

Mungkin, ini bukan tetang cara mereka bersikap, melainkan lebih ke banyak ketaksesuaian dan ketaksinkronan saja yang terjadi selama di rumah. Apa yang mereka pikirkan tentang saya “X”, eh, justru yang terjadi adalah “Z”.

Saya sadar hal ini membuat saya tak nyaman dan ingin segera mencari jalan keluarnya. Untungnya, saya diberi jalan untuk memecahkan hal itu, yaitu dengan menemukan dan membaca buku Atomic Habits oleh James Clear. Buku ini saya dapatkan dengan meminjam dari kekasih saya. Ketika saya bercerita tentang kebiasaan selama di rumah kepadanya, dia menanggapi, “Coba deh kamu baca buku ini. Siapa tahu kamu bisa menemukan solusi atas masalah itu”. Wah, senang sekali rasanya punya pasangan yang mengerti masalah kita, bahkan sampai membantu mencarikan jalan keluarnya. Beruntung sekali saya.

Walaupun buku ini sudah saya pegang sedari dua pekan yang lalu, saya tidak memiliki progres membaca signifikan selama di rumah. Tentu penyebab dan alasannya sama dengan hal yang saya bahas pada tulisan ini. Saya pun baru benar-benar berprogres membaca signifikan ketika di kereta perjalanan saya menuju Malang. Ya, saat ini, saya sedang dalam perjalanan kereta menuju Malang.

Saya sudah membaca satu bab selama di kereta ini. Cukup signifikan bukan? Aneh sekali rasanya diri ini. Hadeh. Waktu luang selama di rumah begitu melimpah dan seharusnya bersuasana nyaman untuk membaca, eh, tapi nyatanya tak berprogres sedikit pun. Ketika berada di tempat yang sudah jelas tidak nyaman seperti di kereta, setidaknya secara fisik dan suasana, justru saya melakukan hal baik itu. Huft. Ini juga yang membuat saya berani mengutarakan bahwa lingkungan dan sistem diri sangat berpengaruh akan diri kita. Dalam hal ini, sejujurnya rumah masih menjadi suatu tempat yang membuat saya tak merdeka secara produktif dan positif.

Selama saya membaca buku Atomic Habits sebanyak satu bab ini, banyak sekali wawasan yang menegur saya untuk memperbaiki kehidupan selama di rumah. Satu hal pasti yang saya ingat dari bab satu ini adalah sistem menjalani hidup kitalah yang memengaruhi akan suatu kebiasaan yang kita bentuk atau pencapaian yang kita raih.

Setelah ini, rasanya ingin sekali saya membagikan apa yang sudah saya baca walaupun baru satu bab kepada kalian. Semoga saya memiliki dorongan hati untuk hal ini, ya, kawan-kawan.

Berikan tepukan/clappers (👏🏻) jika kalian suka dengan tulisan saya ini. Jangan lupa pula untuk menanggapi dengan berkomentar (💬) ketika ingin bertanya, merespons atau mengulas sesuatu, atau bahkan sebatas bertegur sapa. Kedua hal itu sangat berpengaruh bagi saya untuk terus semangat menulis setiap hari.

Jika kalian ingin terhubung dan lebih dekat dengan saya, kalian bisa menghubungi saya melalui DM Instagram atau mengirim surat elektronik melalui G-Mail pribadi. Oiya, boleh sekali jika kalian ingin mengapresiasi saya dengan memberikan tip melalui laman Saweria saya ini. Terima kasih!

--

--

Muhammad Rayhan

Seorang mahasiswa yang tengah membangun kebiasaan menuangkan ide dalam bentuk tulisan atau lisan.