Member-only story
REFLEKSI
Teruntuk Calon Istriku Nanti, Entah Siapa pun Dirimu
Jadi, siapakah dirimu? Aku belum tahu. Tapi jika nanti kau membaca ini, aku harap kau tersenyum, seperti aku yang tersenyum saat menuliskan ini untukmu.
Sebelum memutuskan menulis ini, sejujurnya aku terus berperang dengan diri sendiri. Aku selalu bertanya-tanya, “Enak dan pantas enggak, ya, nulis tentang ini dan memublikasikannya di Medium?” Jujur, ada ketakutan yang terus menghantui. Tapi semakin dipendam, semakin sesak rasanya. Daripada tidak membuat nyaman hati, jadi, ya sudahlah, biar aku tuliskan saja. Anggap saja sebagai bentuk ekspresi diri. Toh, siapa pun yang kumaksud di sini tidak kusebutkan secara spesifik.
Sejujurnya, sebelum memasuki fase ini, aku adalah orang yang cukup tabu terhadap obrolan seputar pernikahan. Rasanya, ini masih terlalu abstrak untuk dibayangkan. Terlalu jauh untuk dipikirkan. Terlalu sulit untuk memulai perencanaan. Tapi entah kenapa, kondisi dan lingkungan beberapa waktu ke belakang perlahan-lahan mulai membuka pandangan dan pemahamanku tentang ini. Apalagi, banyak teman SMA yang sudah berani mengambil keputusan besar itu di usia yang masih separuh awal kepala dua.