Pulih dari Demam

|#37|: Empat hari daya tahan tubuh menurun, produktivitas pun menurun

Muhammad Rayhan
3 min readJul 13, 2024
Photo by William Farlow on Unsplash

Menjelang kepulangan kami (keluarga) ke Indramayu, adik saya dihadapkan dengan keadaan yang tidak diinginkan siapa pun. Ia tiba-tiba sakit demam. Meskipun begitu, perjalanan pulang pada Minggu malam itu tetap kami tempuhi. Alhamdulillah, kami sampai dengan selamat di Indramayu sejam sebelum berganti hari. Sesampainya di rumah, kami semua langsung beristirahat. Saya biasanya tidur sekamar dengan adik, tetapi kali ini memutuskan untuk berpisah kamar tidur karena mencegah penularan.

Keesokan harinya, adik mengalami demam yang kian parah. Panas tinggi, mual, pusing, batuk, hingga tak nafsu makan dirasakan oleh adik saya. Konyolnya saya di hari ini adalah saya menghabiskan sisa bubur adik karena ia tak sanggup menghabiskannya sendiri. Makin terlihat konyol lagi, siangnya saya malah tidur di kamar tempat adik tidur siang itu juga. Alamat sudah pintu penularan terbuka untukku.

Benar saja firasatku. Waktu magrib hari itu juga, tubuh saya tiba-tiba panas tinggi. Setelah salat magrib pun saya memutuskan untuk tidur karena tidak kuat dengan meningkatnya suhu tubuh ini. Sebangunnya dari tidur, rasa-rasanya tubuh susah diajak kerja sama untuk bergerak sedikit pun. Selain panas tinggi, batuk, pusing, dan tak nafsu makan; saya turut menderita meriang dan radang tenggorokan. Lengkap sudah penderitaan demam saya kala itu.

Selama demam, hari-hari pun terasa sangat berantakan. Susah sekali rasanya tubuh ini diajak beraktivitas. Tidak sekadar aktivitas fisik, aktivitas menulis yang tak perlu melakukan hal fisik pun rasa-rasanya sulit dilakukan. Makanya, empat tulisan ke belakang saya ini tidak ditulis secara lengkap dan tuntas. Namun, untungnya diri ini masih bisa mengeluarkan ide tulisan, ya, walaupun baru menggores satu paragraf atau bahkan judul saja. Saya pikir tulisan yang belum tuntas itu bisa dirampungi ketika tubuh saya cukup fit dan pulih dari demam. Mungkin, caranya terkesan mengakali, tetapi siapa peduli. Lagipula, Medium mencatat tanggal penerbitan artikelnya saat pertama kali diterbitkan bukan tulisan terakhir kali diedit. Saya tidak menyalahi aturan, bukan?

Salah satu aktivitas fisik yang juga ditinggali adalah membersihkan rumah. Sebagai penggantinya, tentu Ibu yang melakukan tugasnya. Huft, memang, ya, rasa sakit itu tidak enak. Kita tidak bisa bergerak bebas. Di sisi lain, kita pun membutuhkan orang lain untuk mengurusi kita.

Yang bertugas mengurusi saya selama sakit tentu diemban oleh Ibu. Selama saya sakit, Ibulah yang selalu mengayomi saya kapan pun dan di mana pun. Saat saya bangun tidur, Ibu langsung menyuguhi saya dengan teh anget dan bubur. Tentu juga Ibu menyuapi saya dengan bubur itu. Bahkan yang paling merepotkan adalah saya pernah sampai membangunkan Ibu di tengah malam (sekitar pukul set. dua dini hari) karena saya kesulitan tidur. Ketika itu, Ibu langsung terbangun dan melayani saya dengan membuatkan air minum hangat dan membaluri saya dengan minyak kayu putih. Sungguh sosok satu ini merupakan pahlawan sepanjang masa saya.

Berkat ketangguhan beliau mengurusi saya selama empat hari sakit ini, alhamdulillah di hari kelima, saya merasa sudah pulih total dari demam. Yeay, senangnya. Tulisan ini pun bisa saya buat dengan lengkap dan tuntas lagi. Senangnya bisa merasakan menulis lengkap kembali setelah empat hari berpuasa menulis.

Terima kasih, Ibu, yang telah menjadi pahlawanku untuk menghadapi penyakit demam ini. Jasamu takan kulupakan.

Berikan tepukan/clappers (👏🏻) jika kalian suka dengan tulisan saya ini. Jangan lupa pula untuk menanggapi dengan berkomentar (💬) ketika ingin bertanya, merespons atau mengulas sesuatu, atau bahkan sebatas bertegur sapa. Kedua hal itu sangat berpengaruh bagi saya untuk terus semangat menulis setiap hari.

Jika kalian ingin terhubung dan lebih dekat dengan saya, kalian bisa menghubungi saya melalui DM Instagram atau mengirim surat elektronik melalui G-Mail pribadi. Oiya, boleh sekali jika kalian ingin mengapresiasi saya dengan memberikan tip melalui laman Saweria saya ini. Terima kasih!

--

--

Muhammad Rayhan

Seorang mahasiswa yang tengah membangun kebiasaan menuangkan ide dalam bentuk tulisan atau lisan.