Pertemuan Singkat

|#34|: Walaupun singkat, saya tetap merasa senang

Muhammad Rayhan
4 min readJul 7, 2024
Photo by Brooke Cagle on Unsplash

Sebelum pulang menuju kota asal dari Bandung, saya memiliki agenda yang direncanakan cukup mendadak, yaitu pertemuan dengan Bibi kekasih saya. Sebut saja namanya dengan Teh Jasmine.

Siang hari ini, kekasih saya tiba-tiba menelepon saya.

“Rayhan, saat ini juga, kamu lagi luang enggak? Ayo, ketemu Teteh sekarang, mumpung dia juga bisa nyempetin. Tempatnya di Lawson, Gerlong, ya,” ucap kekasih saya.

Tanpa berpikir panjang, saya pun menerima ajakan itu. Kebetulan, saat itu memang saya lagi kosong. Setelah telepon ditutup, saya langsung mengambil handuk dan pakaian ganti lalu bergegas mandi. Kegiatan membersihkan diri di kamar mandi saya kala itu ternyata sangat singkat. Tak sampai tujuh menit, saya mampu menyelesaikan menyikat gigi, memoles tubuh dengan sabun, dan mencuci rambut dengan sampo. Sungguh, ini salah satu mandi dengan pembersihan terlengkap, tetapi dengan waktu tersingkat saya.

Kegiatan pun dilanjutkan dengan mengganti pakaian, memakai wewangian tubuh, menyemprot rambut dengan spray vitamin, dan mengeringkan rambut dengan mesin pengering rambut. Cukup lengkap, bukan? Maklum, saya ingin bertemu dengan orang spesial dan keluarganya.

Perjalanan menuju tempat kumpul saya tempuhi dengan menumpangi motor ojek daring. Setibanya pengemudi di titik jemput, saya dengan tegas berkata, “Pak, tolong jalannya yang cepat ya. Soalnya saya lagi buru-buru. Saya mau ketemu orang.”

Bapak pengemudi menuruti permintaan saya. Dengan mengebutnya, kami sampai lokasi tujuan dalam kurang dari 10 menit. “Alhamdulillah, aku datang tepat waktu,” ucap saya dengan lega sambil mengelus dada.

Tanpa berlama-lama lagi, kini saatnya saya menunjukkan diri secara langsung di depan keluarganya. Sebelum masuk ruangan tempat perjanjian kami, saya mengaca terlebih dahulu tuk menyibak rambut yang bergaya belah tengah itu, lalu merapikan pakaian. Sambil berkaca saya berkata, “Han, ayo ini kesempatan tuk mengenal dan dikenal lebih dekat dengan keluarganya. Tunjukkin yang terbaik, ya.”

Setelah mengafirmasi diri, saya membuka pintu lalu langsung berjalan menuju tempat duduk mereka bertiga. Ya, ternyata mereka yang menunggu saya ada tiga orang: Kekasih saya, Teh Jasmine, dan anak Teh Jasmine. Ketika menyadari kedatanganku, mereka langsung menyenyumiku dengan semringah. Saya pun membalas balik dengan senyuman dan bersalam tangan. “Waah, Rayhan. Apa kabar? Sehat? Sebentar ya Teteh nelepon dulu sama Om,” ujar Teh Jasmine.

Seusai bertelepon dengan Om (suaminya Teh Jasmine ) selama kurang-lebih lima menit, Teh Jasmine melontarkan beberapa pertanyaan berikut dalam satu waktu:

  • “Berangkat dari Malang hari apa?”
  • “Ke Bandung lagi pada liburan ya?”
  • “Liburnya sampe kapan?”
  • “Balik lagi ke Malang kapan?”
  • “Pulang ke Indramayu hari ini jam berapa?”

Saya pun menjawabnya dengan jawaban singkat. Kemudian, tanpa disangka, Teteh melanjutkan,

“Kita duluan ya. Titip salam buat ibu bapak. Semoga, lain waktu kita bisa ketemu lagi ya. Yuk, kita keluar.”

Dalam hati, sejujurnya saya merasa kaget dan terbingung-bingung. Lirih hatiku berbicara “Wah, udah nih pertemuannya? Sesingkat inikah?”. Walaupun terbingung seribu kata, saya tetap menahan diri untuk bertanya-tanya mengapa bisa sesingkat ini. Saya ikuti ucapan Teteh untuk keluar ruangan lalu menyeberang jalan. Di sana, kami menunggu mobil Om yang tengah berjalan menuju titik jemput mereka.

Ketika mengetahui itu, terjawablah satu pertanyaan saya. “Oalah, keluar tempat tuh karena Omnya sudah menunggu untuk menjemput mereka toh. Kukira mau ke mana,” gumam saya.

Mobil Om pun datang dan mereka bertiga memasuki mobil. “Sudah dulu ya, Rayhan. Kita pergi ke tempat makan dulu tuk ketemu keluarga di Bandung juga. Makasih atas waktunya,” ucap Teh Jasmine kepadaku.

Dari perkataan itu pula, saya menemukan jawaban satu pertanyaan lainnya. “Ooh, ternyata mereka ada agenda makan-makan sama keluarga di Bandungnya toh. Pantes, mereka keliatan buru-buru,” gumam saya.

Jujur, saya merasa sedikit sedih dengan pertemuan itu. Terasa sangat singkat dan tanpa obrolan intim. Mungkin, ekspektasi saya saja yang cukup tinggi yang dibangun sebelum pertemuan itu. Di sisi lain, mungkin waktunya juga memang kurang tepat karena Teh Jasmine sendiri sudah memiliki rencana untuk bertemu keluarga di Bandungnya sedari awal. Namun, tak apa. Terlepas dari itu, saya tetap merasa sangat senang karena sama-sama bisa menyempatkan tuk bertemu sesingkat apa pun itu. Lagipula, Teh Jasmine telah meluangkan waktu untuk bertemu saya sebelum acara keluarganya, padahal ini di luar rencana mereka. Tentu satu hal itu yang membuat saya juga merasa senang.

Terima kasih, Teh Jasmine, atas pertemuannya. Walaupun singkat, saya tetap merasa senang karena Teteh sudah menyempatkan waktunya.

Berikan tepukan/clappers (👏🏻) jika kalian suka dengan tulisan saya ini. Jangan lupa pula untuk menanggapi dengan berkomentar (💬) ketika ingin bertanya, merespons atau mengulas sesuatu, atau bahkan sebatas bertegur sapa. Kedua hal itu sangat berpengaruh bagi saya untuk terus semangat menulis setiap hari.

Jika kalian ingin terhubung dan lebih dekat dengan saya, kalian bisa menghubungi saya melalui DM Instagram atau mengirim surat elektronik melalui G-Mail pribadi. Oiya, boleh sekali jika kalian ingin mengapresiasi saya dengan memberikan tip melalui laman Saweria saya ini. Terima kasih!

--

--

Muhammad Rayhan

Seorang mahasiswa yang tengah membangun kebiasaan menuangkan ide dalam bentuk tulisan atau lisan.