Menulis di Kereta

Muhammad Rayhan
3 min read2 days ago

--

|#32|: Tetap memaksakan diri untuk menulis walaupun kondisi kurang mengenakkan.

Photo by Mourizal Zativa on Unsplash

Libur panjang telah tiba, libur panjang telah tiba. Hore, hore, hore. Mari kita pulang kampung.

Sebagai anak rantau yang juga jarang pulang kampung, momen libur panjang merupakan momen yang saya nanti-nantikan. Momen yang memberikan saya kesempatan untuk lepas dari segala urusan perkuliahan dengan bercengkerama bersama keluarga ini tentu langka bagi saya. Frekuensi munculnya dalam setahun pun bisa dihitung jari. Paling banyak dua kali dan paling sedikit bisa tidak sama sekali.

Setelah satu kuartal berpusing-pusing, kini saatnya bersenang-senang ria.

Perjalanan menuju keluarga kali ini tidak langsung ke kota asal saya (Indramayu), tetapi ke Bandung. Alasannya karena keluarga, lebih tepatnya kedua orang tua saya, menjadwalkan pekan ini untuk berlibur di Bandung. Sekalian menjenguk cucu, kata Ibu. Pastinya, saya pun senang dengan penawaran tersebut karena bisa mengawali libur panjang dengan berlibur keluar kota. Alhasil, yang semula perjalanan kereta saya menuju Indramayu dan seharusnya berangkat pada kemarin, perjalanan kereta diubah menjadi menuju Bandung dan berangkat pada hari ini.

Saya sudah terbiasa menaiki kereta untuk perjalanan antarkota. Selama hidup, mungkin jika ditotal, perjalanan antarkota saya dengan kereta sudah mencapai 30 lebih perjalanan. Untuk satu perjalanan panjang pun, saya bisa menaiki lebih dari satu kereta. Perjalanan seperti itu termasuk juga perjalanan saya menuju Bandung ini.

Perjalanan Malang — Bandung dengan kereta, saya tempuhi dengan dua kereta: kereta lokal Malang — Kediri dan kereta antarkota Kediri — Kiaracondong. Total waktu tempuh perjalanan adalah kurang-lebih 18 jam. Berangkat dari Malang pukul 10:49 dan tiba di stasiun Kiaracondong pukul 05:35.

Suasana dalam kereta tentu sangat ramai. Sepertinya, dugaan saya, tidak ada satu pun kursi yang tak terisi. Setiap orang sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Ada yang sedang makan, ada yang sedang tidur, ada pula yang sedang mengoperasikan ponselnya.

Posisi kursi kereta saya kali ini rasa-rasanya kurang asyik. Saya bersampingan dan berhadapan dengan orang tua. Saya agak sungkan untuk berbicara kepada mereka. Alhasil, selama di kereta, saya hanya sibuk dengan ponsel sendiri.

Tulisan kali ini pun dibuat dengan bantuan ponsel. Akan sangat sulit bagi saya jika memaksakan membuka laptop. Wajar karena memang kereta yang saya naiki merupakan kelas Ekonomi. Artinya, untuk duduk dengan leluasa pun sangat sulit didapatkan, apalagi untuk membuka laptop.

Terlepas dari itu, saya ingin terus melanjutkan program pribadi satu hari satu tulisan. Walaupun kualitas tulisan ini tidak begitu bagus, yang penting saya sudah meluangkan waktu dan fokus untuk kegiatan utama ini. Agaknya, esok-esok saya harus menempatkan waktu untuk menulis harian di pagi hari, deh, terutama pada hari yang di dalamnya ada kegiatan panjang. Selain agar kualitas tulisan lebih bagus, tentu tujuannya agar saya bisa menikmati waktu sepenuhnya pada kegiatan panjang tersebut.

Berikan tepukan/clappers (👏🏻) jika kalian suka dengan tulisan saya ini. Jangan lupa pula untuk menanggapi dengan berkomentar (💬) ketika ingin bertanya, merespons atau mengulas sesuatu, atau bahkan sebatas bertegur sapa. Kedua hal itu sangat berpengaruh bagi saya untuk terus semangat menulis setiap hari.

Jika kalian ingin terhubung dan lebih dekat dengan saya, kalian bisa menghubungi saya melalui DM Instagram atau mengirim surat elektronik melalui G-Mail pribadi. Oiya, boleh sekali jika kalian ingin mengapresiasi saya dengan memberikan tip melalui laman Saweria saya ini. Terima kasih!

--

--

Muhammad Rayhan

Seorang mahasiswa yang tengah membangun kebiasaan menuangkan ide dalam bentuk tulisan atau lisan.