Tantangan Antara Dua Generasi Berbeda

Muhammad Rayhan
3 min readJun 19, 2024

--

|#20|: Tantangan dan dinamika kehidupan antara Baby Boomers dan Generasi Y atau Z dalam hal komunikasi.

Photo by Kadyn Pierce on Unsplash

Kemarin, saat Salat Idul Adha, saya terpikat oleh potongan khutbah yang sangat relevan dengan diri saya. Khatib tersebut mengatakan, “Salah satu hikmah yang dapat kita petik dari kisah penyembelihan Nabi Ismail A.S. oleh ayahnya, Nabi Ibrahim A.S., adalah pentingnya harmoni dalam komunikasi antara dua generasi yang berbeda, khususnya dari orang tua kepada anak.” Perkataan tersebut berhasil menyita perhatian saya.

Saya pun merenung dan menyadari bahwa nilai hidup tersebut memang menjadi tantangan berat bagi banyak dari kita. Kita semua pasti setuju bahwa akar dari banyak masalah antarpersonal adalah komunikasi yang buruk. Banyak masalah dalam hidup kita, seperti kesalahpahaman antaranggota keluarga, konflik di tempat kerja, hingga ketegangan dalam hubungan sosial, sering kali disebabkan oleh kegagalan dalam menyampaikan dan menerima pesan dengan efektif.

Tak ayal pula, masalah ini menjadi semakin kompleks ketika melibatkan dua individu dari generasi yang berbeda, apalagi jika perbedaannya signifikan — seperti orang tua sebagai generasi baby boomers dengan kita-kita sebagai generasi Z. Inti masalahnya berupa “komunikasi”, solusinya pula berupa “komunikasi”. Tanpa komunikasi yang baik, masalah tidak akan terselesaikan. Bagaimana kita bisa mengharapkan suatu masalah dapat tuntas jika kita saja tidak ingin menyampaikan ketidaknyamanan terhadap orang yang bersangkutan. Setuju?

Pada era modern ini, banyak orang tua yang berasal dari baby boomers merasa kesulitan untuk mengomunikasikan pesan secara efektif dan mengena kepada anak-anak mereka yang tumbuh sebagai generasi Y atau Z. Perbedaan pandangan, nilai-nilai, dan pengalaman hidup acap kali menjadi rintangan berat dalam menciptakan komunikasi yang harmonis. Orang tua sering merasa bahwa nasihat dan pandangan mereka tidak dihargai, sementara anak-anak merasa bahwa orang tua mereka tidak memahami tantangan dan dinamika dunia yang mereka hadapi.

Generasi baby boomers, yang lahir pada periode pasca Perang Dunia II hingga awal tahun 1960-an, memiliki pengalaman hidup yang berbeda jauh dengan generasi Y (lahir antara 1981–1996) dan generasi Z (lahir antara 1997–2012). Baby boomers tumbuh dalam era pembangunan pascaperang, dengan nilai-nilai kerja keras, ketekunan, dan stabilitas. Sementara itu, generasi Y dan Z tumbuh dalam era teknologi dan globalisasi, di mana perubahan terjadi dengan cepat dan nilai-nilai seperti fleksibilitas, inovasi, dan keberagaman sangat dihargai.

Di sisi lain, generasi Y dan Z tumbuh dalam era teknologi digital dan globalisasi. Mereka terbiasa dengan perubahan yang cepat dan terhubung secara global melalui internet dan media sosial. Nilai-nilai seperti kemandirian, kreativitas, dan inklusivitas menjadi lebih penting dalam kehidupan sehari-hari mereka. Cara mereka berkomunikasi pun lebih sering melalui pesan teks, media sosial, dan platform digital lainnya yang menawarkan fleksibilitas dan kecepatan dalam pertukaran informasi.

Perbedaan dalam nilai-nilai dan gaya hidup ini sering kali menyebabkan gesekan dalam komunikasi antara generasi. Orang tua dari generasi baby boomers mungkin merasa bahwa anak-anak mereka kurang menghargai nilai-nilai tradisional atau terlalu bergantung pada teknologi. Mereka mungkin mengharapkan komunikasi yang lebih formal dan tatap muka sebagai bentuk penghormatan dan keintiman.

Sebaliknya, generasi Y dan Z mungkin merasa bahwa orang tua mereka kurang memahami tantangan modern seperti tekanan dalam dunia kerja yang kompetitif, perubahan teknologi yang cepat, atau isu-isu sosial yang kompleks. Mereka mungkin merasa lebih nyaman berkomunikasi melalui teknologi digital yang mereka anggap lebih efisien dan dapat mengekspresikan diri secara lebih bebas.

Fenomena ini tidak hanya terbatas pada lingkungan keluarga, tetapi juga berdampak pada hubungan sosial dan profesional di masyarakat. Misalnya, di tempat kerja, perbedaan dalam cara berkomunikasi dapat menghambat kolaborasi dan pencapaian tujuan bersama antara generasi yang berbeda. Di ranah politik dan sosial, perbedaan nilai-nilai dapat menciptakan ketegangan dalam memahami dan menyelesaikan masalah yang kompleks.

Komunikasi antargenerasi yang harmonis memerlukan kesadaran dan pengakuan atas perbedaan dalam nilai-nilai, pengalaman hidup, dan gaya komunikasi antara generasi yang berbeda. Dengan memahami latar belakang dan perspektif masing-masing generasi, kita dapat membuka jalan untuk meningkatkan pemahaman dan kerja sama di antara mereka. Hal ini penting untuk menciptakan lingkungan yang inklusif dan mendukung di dalam keluarga, komunitas, dan masyarakat pada umumnya.

--

--

Muhammad Rayhan

Seorang mahasiswa yang tengah membangun kebiasaan menuangkan ide dalam bentuk tulisan atau lisan.